Langsung ke konten utama

My Pursuit of Happiness

Ada banyak cara seseorang dalam mencari/menemukan bahagia dalam kehidupannya. Termasuk aku. Bergabung dengan Ibu Profesional adalah salah satu usahaku dalam mencari/menemukan kebahagiaan itu. Bahagia sebagai seorang perempuan, seorang istri, dan seorang ibu.


Kelas Matrikulasi Ibu Profesional Batch #11

Kelas matrikulasi sudah tiba di misi pos 10 zona penutup. Setelah berlayar mengarungi Samudra Amarta, kini kapal pinisi akan segera berlabuh di Pulau Cahaya. 

Di pos terakhir zona inilah, para penjelajah akan diajak Gala Dinner Barbeque. Penasaran, tentu dong! Terbayang sudah menu apa nih yang akan disajikan sebagai sajian penutupan? Dan, sajian istimewa itu adalah Sharing Insight Bahagia selama mengikuti perkuliahan.

Semua matrikan kembali diminta bergabung dengan tim kecil yang sudah dibentuk di pos sebelumnya. Masing-masing akan berbagi insight di HIMA regionalnya dan saling berbagi peran. Saat satunya tampil, yang lain bertugas sebagai host/moderator. Kebetulan tim kecilku mendapat kesempatan manggung awal pekan kemarin, yaitu pada Senin, 4 September 2023.


Insight Bahagiaku

Selama kurang lebih empat bulan berlayar, aku mendapat banyak ilmu dan pengalaman tak terlupakan di matrikulasi ini. Sebelum bercerita tentang kebahagiaan yang kutemukan, aku akan sedikit bercerita tentang awal mula aku bisa menjadi bagian dari kelas ini.

Pertama kali mengenal Ibu Profesional kalau tidak salah ingat sekitar tahun 2016/2017. Aku sedang gencar berselancar di dunia maya untuk mengumpulkan informasi tentang homeschooling. Saat itulah, aku menemukan artikel tentang IP dan juga tentang Ibu Septi Peni Wulandani.

Sejak itu, aku sering kepoin tentang kegiatan IP dan artikel tentang Ibu Septi. Alhamdulillah, ketemu teman-teman jebolan IP di beberapa komunitas yang sempat kuikuti, sehingga sedikit banyak aku mendapat review yang makin membuatku tertarik bergabung.

Teman-teman pun sering menginformasikan perihal pendaftaran IP. Namun, karena satu dan lain hal, aku baru bisa bergabung dengan IP di akhir tahun lalu (2022).

Saat mengikuti foundation, sebenarnya aku sudah ragu bisa lulus. Qadarullah, aku diamanahi lagi oleh Allah kehamilan kedua. Kondisi yang drop karena hyperemesis dan diharuskan bedrest membuatku merasa terseok-seok mengikuti serangkaian acaranya. Namun, alhamdulillah, masih diberi kesempatan lulus.

Pun saat pembukaan matrikulasi, ada rasa maju mundur mau ikutan. Gamang antara kondisi yang masih belum fit benar dan keinginan untuk daftar di batch #11 ini.

Sampai-sampai, aku menghubungi beberapa alumni batch sebelumnya untuk meminta saran apakah daftar sekarang atau tahun depan. Dengan niat bismillah, juga berkat dukungan dari teman-teman dan tentu Pak Suami, akhirnya aku memutuskan ikut matrikulasi batch kali ini. Alasan lainnya, biar bumil gak mager cuma gegoleran di kasur doang. πŸ™ˆπŸ™ˆ

Selama mengikuti perkuliahan, rasanya seperti naik roller coaster. Meski menegangkan, tetap seru! Dan, tentu saja nagih! πŸ˜‚πŸ˜‚ Ternyata tidak seseram itu. 🀭

Dan, inilah beberapa "Insight Bahagiaku" di matrikulasi batch #11.

1. Aku jadi lebih dekat dan terbuka kepada suami.

Selama ini, aku yang seorang introver ini cenderung lebih memilih diam dalam banyak hal, kecuali udah saking tidak kuat menahan, baru kuluapkan. Namun, saat mendapat materi tentang Surat Cinta untuk Suami yang mengajak para matrikan jatuh cinta lagi kepada sang suami, membuatku sadar bahwa diam bukanlah solusi dalam menyelesaikan permasalahan. Terlebih suami tipe kulkas yang cueknya minta ampun. Nunggu dia peka, bisa makin berasa di Kutub Utara. πŸ˜‚

Selama ini, kami bukan tidak terbiasa berkomunikasi, hanya saja tidak intens. Kami terbiasa pillow talk hanya pada saat tertentu atau ketika ada suatu masalah. Apalagi, sejak anak pertama lahir, fokus kami seolah lebih banyak untuk si kecil. 

Sekarang, kami jadi lebih sering melakukannya. Saking bertanya kabar seharian, saling memberi tahu apa yang kita inginkan. Alhamdulillah, rasanya menjadi lebih hangat. πŸ₯°πŸ₯°

2. Aku menjadi orang yang lebih disiplin.

Kalau bicara soal kandang waktu, sebenarnya sudah lama aku menerapkan hal itu dalam kehidupan sehari-hari, bahkan jauh sebelum menikah dan punya anak.

Jadwal sehari-hari kucatat di sebuah papan schedule dan aku tempel di tembok. Namun, pelaksanaannya terkadang masih "fleksibel" atau menyesuaikan mood diri. Aw aw! Tertampar bener di sini. πŸ™ˆπŸ™ˆ

Sejak menerima materi kandang waktu ini, aku jadi lebih sadar bahwa waktu memang sangat berharga. Pun setelah dikulik, banyak sekali wasting time yang kulakukan dengan alasan anak lebih penting dibandingkan kegiatan lain yang sudah direncanakan. 

Alhamdulillah, sekarang kegiatanku lebih terencana dan waktu jadi lebih bermanfaat. Sekalipun ada hal yang harus di-skip, pun tidak banyak mengubah agenda kegiatan lainnya.

3. Aku jadi lebih memahami tentang adab.

Adab dulu, baru ilmu. Memang benar kata pepatah tersebut bahwa adab itu penting dan utama. Ketika materi ini diberikan, rasanya seperti tertohok karena selama ini aku masih "semau gue" saat belajar.

Dalam menuntut ilmu, adab pun sangat penting. Baik itu kepada ilmunya atau si sumber ilmu. Ada aturan dan batasan yang perlu seseorang ketahui sebagai seorang pembelajar.

Pun saat materi CoC (Code of Conduct) komunitas, benar-benar detail dan terperinci. Di sinilah aku belajar bahwa adab haruslah dijunjung tinggi di mana pun kita berada.

4. Aku lebih mengenal karakter moral diri dan belajar mengasah empati terhadap orang lain

Di pos awal, para matrikan mendapat materi tentang Karakter Moral dan Core Value. Poin-poin yang dijabarkan sebenarnya bukan hal yang baru buatku, tapi penerapannya dalam keseharian inilah yang menjadi pengalaman baru. Di sini aku belajar menerapkan dan mengasah karakter diri lebih baik.

Pun saat menerima materi tentang empati, hati dan pandanganku jadi lebih terbuka saat melihat orang lain. Aku belajar menempatkan/ memosisikan diri lebih baik saat berhadapan dengan orang lain. ☺️ 

5. Aku jadi lebih mengenal diri dan potensi yang saya miliki.

Selama ini, ketika ditanya apa bakatku, selalu saja bingung mau dijawab seperti apa. Aku bisa ini, bisa itu, tetapi tidak begitu menikmati saat menjalani aktivitasnya. Aku suka ini, suka itu, tetapi tak ada manfaat dan membuang waktu. Seolah terjebak dalam rutinitas belaka. Selama ini aku pikir, bakat itu ada pada kemampuan/kompetensi profesi, seperti menulis, bernyanyi, memasak, dll. Rupanya aku salah pemahaman. Bakat itu adalah potensi bawaan yang dimiliki seseorang sejak lahir, sedangkan minat adalah ketertarikan pada suatu hal. 

Nah, setelah materi tentang bakat, aku mencoba membuka lagi hasil tes bakat dan kepribadian. Sudah lama sekali, aku pikir tidak relevan lagi. Jadi, aku coba tes ulang minat bakat dan kepribadian via beberapa tools.

Hasilnya, MasyaAllah, masih sama secara garis besar. Hanya beberapa poin saja yang berubah karena mungkin sudah ada pengaruh lingkungan di kehidupanku saat ini.

Setelah itu, kucoba mencocokkan dengan tabel 34 bakat. Dari sinilah aku tahu dan lebih paham, oh rupanya aku tuh begini. Pun saat membaca ulasan teman via Johari Window, aku pun jadi tahu bahwa aku di mata orang lain seperti apa. Ada bakat lain yang ternyata tidak kusadari, tapi sangat dikenali orang lain. Atau malah bakat yang kusadari ada, tapi tidak diketahui orang lain.

Sungguh beruntung dan bersyukur, aku jadi mengenal diriku lebih baik dari sebelumnya. πŸ₯°


Hal yang Paling Berkesan Selama Perkuliahan

Hal yang paling berkesan selama mengikuti perkuliahan adalah saat diminta membuat surat cinta untuk suami dan saat materi mengenali diri dan potensi diri.

Dua hal yang paling membuat saya merasa bersyukur dan lebih bersyukur bisa diberi kesempatan bergabung dengan Ibu Profesional. Karena, perubahan yang terjadi bukan hanya pada diriku. Suami pun mengalami perubahan lebih ke arah lebih baik, sehingga meminimalisir istrinya berubah menjadi Kak Ros. πŸ˜‚πŸ˜‚ Anak juga lebih mudah diajak kerja sama atau lebih kooperatif dibandingkan sebelumnya.

Alhamdulillah. πŸ₯°πŸ₯°πŸ₯°


Aku masih tidak menyangka bahwa aku bisa menyelesaikan semua misi, melewati semua zona yang ada di matrikulasi batch #11 ini, di tengah kondisi yang masih naik turun. Bahkan sempat drop lagi saat pos 8 dan rasanya hampir menyerah karena banyak ketinggalan materi. πŸ₯ΊπŸ₯Ί 

Ada rasa hampir menyerah, tetapi mengingat sudah berada di zona terakhir, rasanya sayang. Alhamdulillah, dengan niat bismillah dan dukungan banyak pihak, langkahku dimudahkan hingga sesi sharing insight ini.

Terima kasih Ibu Profesional. Aku padamu selalu, pokok e. πŸ’•πŸ’•

10092023
~ Ibun Domi ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Body Scanning dan P3K Kesadaran

 TANTANGAN 14 HARI BUNDA SAYANG #9 Zona 1 - SELF AWARENESS Akhirnya, kelas Bunda Sayang dimulai. Setelah mengikuti welcome party , piknik pantai, dan menyimak pemaparan materi, kini saatnya mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari.  Hari 1 Body Scanning & P3K Kesadaran (Box Breathing) Hari ini, aku mulai melakukan body scanning. Mungkin agak terlambat, karena sebaiknya dilakukan pada pagi hari, tetapi aku baru bisa melakukan dengan benar-benar di malam ini setelah kedua bocah terlelap selepas Isya. Dari pagi nyobain , tapi nggak bisa tuntas karena keburu kejar-kejaran sama tugas ini itu. Beberapa hari ini, dua jagoanku demam bapil barengan. Semua maunya sama emaknya. Kerjaan juga banyak yang sudah di ambang pintu deadline . Sehingga, kondisi badan dan pikiran rasanya seperti gado-gado, tumpah ruah jadi satu dalam piring. Tinggal tambah kerupuk biar makin eneg. Eh, enak. πŸ˜… Saat melakukan body scanning sambil mendengarkan audio tadi, air mataku jatuh tanpa kusadari ketika cahaya

Kadarnya Menurun, Alhamdulillah

Hari 2 Body Scanning & P3K Kesadaran (Box Breathing) Hari kedua melakukan body scanning , entah kenapa sejak pagi nggak bisa fokus. Tadi pagi baru setengah sesi, si bayik udah bangun. Dia yang lagi dalam fase separation anxiety , begitu membuka mata langsung nangis kejer karena nggak lihat emaknya di sebelahnya. Auto nggendong dan malah jadi lanjut tugas negara pagi. Pada percobaan tadi pagi, sempat kurasakan hal yang sama dengan body scanning di hari pertama, tetapi rasa sesaknya sudah nggak seberat kemarin. Percobaan kedua, kulakukan lagi di malam hari setelah anak-anak lelap ba'da Isya. Kali ini masih belum bisa fokus juga. Namun, efek yang kurasakan sudah lebih jelas. Besok, semoga bisa lebih fokus lagi. "Tak apa, Bun, yuk dilatih terus. Kamu pasti bisa!" πŸ’ͺ🏻 Untuk box breathing , di hari kedua ini aku merasakan efek yang luar biasa. Sedari pagi sudah ada aja masalah yang muncul—Mamas yang drama nggak mau sekolah; pesanan katering untuk acara di sekolah terlam

Persepsi Suami

Tantangan Hari ke-7 Suami adalah support system terbaikku. Meski kadang pemikiran kami nggak sejalan, dia tetap selalu ada untukku.  Dia tak pernah mengatakan apa pun tentangku, jika ditanya pun jawabannya selalu absurd. Tapi, kadang dia mengutarakan apa yang dia mau tentangku dengan cara unik. Sekali, dua kali, beberapa kali. Ada beberapa yang pernah "melukaiku", walaupun secara sadar aku tahu itu benar adanya. Namun, dari kesabarannya aku belajar, ada banyak hal yang harus kuubah tentang diriku sendiri. Dari sikap, sifat, emosi, dan lainnya. "Teruslah semangat, Bun!  Terima kasih, Apak, berkatmu juga aku bisa perlahan belajar mengelola emosi, meski kadang masih di luar kendali. Terima kasih sudah sabar mengajari, mendukung, dan menemani." 12062024 Ibun Domi Dave