Hari kedua melakukan body scanning, entah kenapa sejak pagi nggak bisa fokus. Tadi pagi baru setengah sesi, si bayik udah bangun. Dia yang lagi dalam fase separation anxiety, begitu membuka mata langsung nangis kejer karena nggak lihat emaknya di sebelahnya. Auto nggendong dan malah jadi lanjut tugas negara pagi.
Pada percobaan tadi pagi, sempat kurasakan hal yang sama dengan body scanning di hari pertama, tetapi rasa sesaknya sudah nggak seberat kemarin.
Percobaan kedua, kulakukan lagi di malam hari setelah anak-anak lelap ba'da Isya. Kali ini masih belum bisa fokus juga. Namun, efek yang kurasakan sudah lebih jelas. Besok, semoga bisa lebih fokus lagi.
"Tak apa, Bun, yuk dilatih terus. Kamu pasti bisa!" 💪🏻
Untuk box breathing, di hari kedua ini aku merasakan efek yang luar biasa. Sedari pagi sudah ada aja masalah yang muncul—Mamas yang drama nggak mau sekolah; pesanan katering untuk acara di sekolah terlambat banget, jadi bikin buru-buru nganter ke sekolah; janjian sama orang molornya hampir 2 jam, padahal udah bilang OTW melulu setiap dikonfirmasi via chat; dll—tapi alhamdulillah, respons tubuh dan pikiranku bisa lebih slow.
Nggak ada rasa marah ketika berhadapan dengan masalah-masalah itu. Kecewa atau kesal ada, tapi seketika kadarnya menurun meski baru sekian persen setelah aku melakukan box breathing.
Alhamdulillah.
Dan, malam ini aku akhiri sesi dengan afirmasi diri dan doa.
"Semangat, Bun. Coba terus, latih terus. Kamu pasti bisa! Kamu sudah berusaha, terima kasih untuk hari ini, ya."
Ibun Domi Dave
Komentar
Posting Komentar