Zona Pembuka Matrikulasi sudah masuk pada pos 5 "Bertahan dalam Badai". Setelah sebelumnya merasa " Wow!" dengan misi 4 pos 4, kali ini aku makin "Wow!" saat menerima materi dan mengetahui misi 5 pos 5. Aku sempat bertanya-tanya, badai apa ya yang dimaksud? Seseram dan semenakutkan apa?
Rupanya, apa yang kupikirkan jauh di luar ekspetasi. Di sini justru aku dan para matrikan diajak untuk membuat tameng dari badai yang ada. Aku diajak kembali jatuh cinta dan membangun cinta pada nahkoda kapal kehidupanku, Pak Suami, demi memperkuat pondasi benteng yang sudah kami bangun sebelumnya.
Menulis Surat Cinta
Seperti diingatkan kembali ke masa 16 tahun silam, di awal pertemuanku dengan suami. Kami yang berjarak pulau memang jarang bisa berkomunikasi dengan panjang dan lebar sehingga ada kalanya sebuah perasaan terpendam tercurah melalui surat atau diari. Dan, dia selalu excited saat membacanya. Bahkan, jika aku absen sekali saja menumpahkan rasa-rasa itu, dia menagihnya. Padahal, kalau ketemu tatap muka, dia tipe kulkas kutub yang susah sekali bersuara kalau tidak dia rasa penting. 😅 Ah, jadi bernostalgia!
Kali ini, setelah hampir satu dekade lamanya kami mengarungi bahtera rumah tangga bersama, kebiasaan itu sudah mulai hilang, berganti dengan seringnya ngobrol berdua menjelang tidur atau saat luang. Makanya, ketika mengerjakan misi ini, ada rasa malu tersipu saat aku mau memberikan tulisanku padanya.
Aku tak pernah tahu, sebenarnya alasan apa dia memilihku menjadi istrinya. Setiap kali kutanya, jawabnya selalu "Memangnya kalau cinta harus ada alasan? Kalau ditanya, aku juga gak tahu. Mungkin sudah takdir Allah kita bersatu." Pun ketika kemarin aku tanyakan lagi melalui surat cinta itu.
Namun, aku selalu tahu bahwa dia adalah pilihan Allah yang terbaik bagiku. Penopang pertama saat aku pernah terpuruk di masa denial memiliki anak spesial, tameng terkuat saat badai nyinyir datang menyudutkan, imam yang akan membimbingku dan anak-anak di jalan kebaikan menuju surganya. Dan, cintaku tak pernah berkurang sedikitpun padanya.
Respons Suami Saat Menerima Surat Cinta
Jangan ditanya bagaimana Si Kulkas Kutub bereaksi. Awalnya, hanya dilihat dan tidak ada tanggapan. Aku sempat berpikir negatif padanya. Namun, saat malam tiba setelah anak tidur, dia memintaku mendekat, duduk berdua, dan barulah dia menanggapi semua yang aku tuliskan. Termasuk membicarakan lagi visi misi kami berdua.
Pak Suami memang tidak pernah secara langsung mengatakan segala hal. Baik itu ungkapan perasaannya padaku, dukungannya saat aku belajar hal baru, termasuk juga dalam hal domestik di rumah. Dia sering terlihat cuek, tetapi sesungguhnya perhatian. Dia cenderung lebih banyak langsung pada aksi nyata. Dan, inilah yang terus membuatku jatuh cinta padanya. Meleleh aku dibuatnya. 😍
Indikator Profesionalisme Sebagai Istri, Ibu, dan Perempuan
Dari obrolan malam itu, aku jadi tahu bahwa sebenarnya ada banyak hal yang harus kubenahi pada diri sebagai istri, ibu, dan perempuan. Dia tidak pernah menuntut dan menyalahkanku, hanya saja aku menyadari harus upgrade diri.
- Sebagai Istri
- Memiliki quality time bersama suami
- Ikhlas melayani tanpa menuntut
- Menjadi ahli gizi suami
- Membantu mengelola keuangan keluarga
- Menjadi tempat pertama suami berbagi keluh kesah dan lelahnya
- Sebagai Ibu
- Memiliki quality time bersama anak
- Mendampingi belajar
- Memantau tumbuh kembangnya
- Lebih sabar
- Menjadi ahli gizi anak
- Menjadi sandaran pertama anak saat bersedih
- Sebagai Individu
- Merawat diri lebih baik
- Olahraga/yoga rutin
- Ibadah lebih rajin
- Tidak malas belajar hal baru ataupun upgrade ilmu
- Membuat to do list harian
- Membuat rancangan dan mengevaluasi keuangan setiap bulannya
- Harus sehat dan bahagia agar janin tumbuh dengan sehat dan bahagia, serta lancar saat persalinan nanti
Kesemuanya kucatat lagi dalam jurnal, dengan harapan hari-hari kami ke depannya semakin baik dan bahagia lahir batin.
Bismillah dimudahkan, aamiin.
Komentar
Posting Komentar