Langsung ke konten utama

Mainan Kardus

Hai, gaes!
Kalian pasti sudah pernah mendengar nama Mainan Kardus. Dari kardus? Yup, itu memang mainan dari kardus. Keren, kan?

Aku sendiri tertarik dengan dunia kardus ini sudah cukup lama. Hanya saja, untuk terjun terlibat dalam pembuatan ini dan itu baru  terealisasikan empat tahun terakhir ini.

Awalnya aku hanya membuat mainan untuk diri sendiri saja. Lama kelamaan dijadikan bisnis. Namun, fokus usahaku masih nggak jauh-jauh dari flanel. Jadi, kardus hanya sebagai bahan dasar, untuk finishing tetap dengan hiasan flanel. Lumayan, kan? Dari hobi bisa menjadi sumber rezeki.

Nah, yang ingin kubahas di sini bukan tentang mainan kardus buatanku, melainkan mainan kardus yang dibuat oleh anak-anak. Akhir-akhir ini, mainan kardus sedang booming dan nge-tren di kalangan anak-anak di daerah sini. Terlebih sejak pandemi melanda, anak-anak lebih cepat bosan.

Aku sendiri nggak pernah menyangka jika anak-anak zaman sekarang masih ada yang demen mainan dari kardus. Secara gadget kan lebih menarik untuk mereka. Namun, tidak untuk dua bocah ini. Bukan hanya demen main, tetapi juga demen bebikinan. Ya, mereka membuat sendiri mainan yang mereka suka. Bahkan, mereka ini bisa berjam-jam larut jika susah berkutat dengan papan kertas berwarna cokelat itu.

Percaya nggak?
Aku awalnya juga nggak percaya bahwa mereka ini ternyata sangat kreatif. Aku saja kalah. 


Nih, fotonya. Sekarang juga percaya, kan?

Jadi, mereka ini membuat mainan kardus dengan mencontoh bentuk dari mainan plastik milik mereka. Terkadang juga murni imajinasi mereka. Ada truk, bus, mobil, dan lainnya. Kalau yang di gambar ini, mereka sedang membuat bak alias bagian belakang truk untuk dipasang di mainan plastik mereka.


Sebenarnya bukan hanya dua anak laki-laki ini. Di kompleks, ada sekitar 5-6 anak lainnya yang juga sering membuat mainan kardus. Di luar kompleks pun, aku pernah melihat segerombolan anak juga sedang asyik mengutak-atik kardus bekas dan disulap menjadi mainan yang lucu. Lalu, mereka berbondong-bondong mengarak kendaraan hasil karya tangan mereka.

Andai saja tidak sedang pandemi, aku ingin mengadakan kelas luring tentang mainan kardus ini. Rasanya aku sudah rindu juga bermain dengan kardus lagi. Berkarya dengan anak-anak lagi.

Tuh, kan, malah jadi melow.

04012021
- Ibun Domi -







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Body Scanning dan P3K Kesadaran

 TANTANGAN 14 HARI BUNDA SAYANG #9 Zona 1 - SELF AWARENESS Akhirnya, kelas Bunda Sayang dimulai. Setelah mengikuti welcome party , piknik pantai, dan menyimak pemaparan materi, kini saatnya mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari.  Hari 1 Body Scanning & P3K Kesadaran (Box Breathing) Hari ini, aku mulai melakukan body scanning. Mungkin agak terlambat, karena sebaiknya dilakukan pada pagi hari, tetapi aku baru bisa melakukan dengan benar-benar di malam ini setelah kedua bocah terlelap selepas Isya. Dari pagi nyobain , tapi nggak bisa tuntas karena keburu kejar-kejaran sama tugas ini itu. Beberapa hari ini, dua jagoanku demam bapil barengan. Semua maunya sama emaknya. Kerjaan juga banyak yang sudah di ambang pintu deadline . Sehingga, kondisi badan dan pikiran rasanya seperti gado-gado, tumpah ruah jadi satu dalam piring. Tinggal tambah kerupuk biar makin eneg. Eh, enak. 😅 Saat melakukan body scanning sambil mendengarkan audio tadi, air mataku jatuh tanpa kusadari ketik...

Kadarnya Menurun, Alhamdulillah

Hari 2 Body Scanning & P3K Kesadaran (Box Breathing) Hari kedua melakukan body scanning , entah kenapa sejak pagi nggak bisa fokus. Tadi pagi baru setengah sesi, si bayik udah bangun. Dia yang lagi dalam fase separation anxiety , begitu membuka mata langsung nangis kejer karena nggak lihat emaknya di sebelahnya. Auto nggendong dan malah jadi lanjut tugas negara pagi. Pada percobaan tadi pagi, sempat kurasakan hal yang sama dengan body scanning di hari pertama, tetapi rasa sesaknya sudah nggak seberat kemarin. Percobaan kedua, kulakukan lagi di malam hari setelah anak-anak lelap ba'da Isya. Kali ini masih belum bisa fokus juga. Namun, efek yang kurasakan sudah lebih jelas. Besok, semoga bisa lebih fokus lagi. "Tak apa, Bun, yuk dilatih terus. Kamu pasti bisa!" 💪🏻 Untuk box breathing , di hari kedua ini aku merasakan efek yang luar biasa. Sedari pagi sudah ada aja masalah yang muncul—Mamas yang drama nggak mau sekolah; pesanan katering untuk acara di sekolah terlam...

Bahasa Isyarat

Beberapa kali pernah memiliki teman tuli, membuatku berkeinginan untuk dapat menguasai bahasa isyarat. Namun, seiring waktu, jarak yang menyekat kami dan minimnya informasi dimana aku bisa belajar lebih dalam, akhirnya membuat keinginan itu menguap begitu saja. Rasa itu muncul kembali saat Anaqu terdiagnosis Speech Delayed hingga usia sekolah dasar (beberapa kali regresi total karena anfal), membuatku ingin lagi belajar bahasa isyarat ini. Bukan karena aku tak percaya dia akan bisa berbicara suatu saat nanti. Namun, ada rasa ingin bisa berkomunikasi lebih baik dengannya atau mungkin jika bertemu dengan teman tuli lainnya. Beruntung banget di Bootcamp Duta Inklusif IbuInklusif   ini mendapat sharing dari pengajar bahasa isyarat dan juru bahasa isyarat. Dimulai dengan mengenal alfabet seperti ini, nih. Dan kali ini aku mencobanya untuk berkenalan (eja nama).  Teman-teman yang bisa bahasa isyarat, mohon koreksinya ya jika ada salah. 🙏🏻🙏🏻 Terima kasih. #ibuinklusif #mis...