Langsung ke konten utama

Melatih Kemandirian Anak (Part 1)

Tentang makan. Kupikir punya anak kedua akan lebih mudah saat kembali dihadapkan dengan permasalahan per-MPASI-an, tetapi salah. Setiap anak memang terlahir unik. Dan, tantanganku adalah menaklukkan setiap keunikan itu.

Sejak awal MPASI, masalah utama Baby El adalah dia tidak mau makan dengan duduk tenang. Sudah berapa kali mengajarkan padanya duduk di kursi makan, dia berontak. Baru sesuap sudah nangis, bahkan sampai kejer-kejer. Tentu, demi kewarasan jiwa, aku memilih mengikuti apa sih maunya. 

Rupanya dia lebih tertarik makan bareng mamasnya. Si Mamas kadang suka makan sambil main di teras depan rumah. Mamas memang belum bisa duduk tenang barang semenit, dan ini memang PR kami sebagai orang tua sejak dia dinyatakan ADHD oleh psikolog. Meskipun tak jarang, mamas sudah mau dan mampu makan sampai habis dengan duduk tanpa pindah tempat.

Nah, kebiasaan dia makan seperti masnya aku biarkan. Apalagi ada PR BB yang harus terpenuhi. Iya, dia naik berat badannya minim banget, seringan mepet KBM, kadang malah di bawah KBM. Jadi, kupikir daripada dia tidak makan sama sekali kan. Toh, kalau sudah lebih bisa diajak komunikasi dia arah, nanti aku ajarkan kembali. Lagi, aku salah. Ini bukan solusi, tetapi malah jadi satu masalah lain di kemudian hari. 

Kebetulan banget, di kelas BunSay Zona 4, materinya adalah melatih kemandirian anak. Tantangan yang harus dilakukan selama 14 hari adalah memilih satu hal yang akan dilatih pada anak untuk berproses menjadi lebih mandiri. Dan, kali ini, aku masih bermain di tantangan ini bareng Baby El.

Hal pertama yang akan aku fokuskan adalah Baby Ela harus bisa makan sambil duduk tenang tanpa pindah tempat, dari mulai hingga selesai makan. Bukan satu kali saja sebenarnya aku mengajarkan ini, tetapi memang masih belum bisa tercapai targetnya.

Hari ini, tiga kali waktu makan, ada hasil capaian yang berbeda. Pagi, dia cukup bagus. Makan berdua bareng Mamas, dia bisa bertahan duduk bareng sampai tersisa 4 siapa terakhir baru minta main. 

Siang, karena ada acara di sekolah dan pulang terlalu siang (menabrak jam tidur paginya), dia makan sambil menahan kantuk. Jadilah banyak drama yang terjadi, meskipun bisa habis makan.

Sore, awalnya duduk di teras depan, pindah ke dalam rumah, pindah lagi ke kamar. Ya, walaupun pada akhirnya habis-bis sampai bersih. Hwkwkkwkw. 

Good job, Dear. Tak apa, belajar butuh waktu, ada proses dan masing-masing akan berbeda seberapa lamanya. Kamu sudah lebih dari hebat untuk Ibun. Terima kasih sudah mau belajar hari ini, ya.

Bismillah, semoga selama beberapa hari ke depan, kami bisa konsisten. Aku belajar lebih sabar mengajarkan dan Baby El juga belajar lebih sabar menyelesaikan proses makan tanpa distraksi. Harapannya, Baby El bisa belajar menikmati rezeki makanan yang ada di piringnya, merasakan setiap suap dengan lebih penuh rasa bersyukur atas hal itu.


#sinergiwujudkanaksi
#ibuprofesional
#IP4ID2024
#bunsay9
#melatihkemandiriananak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Body Scanning dan P3K Kesadaran

 TANTANGAN 14 HARI BUNDA SAYANG #9 Zona 1 - SELF AWARENESS Akhirnya, kelas Bunda Sayang dimulai. Setelah mengikuti welcome party , piknik pantai, dan menyimak pemaparan materi, kini saatnya mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari.  Hari 1 Body Scanning & P3K Kesadaran (Box Breathing) Hari ini, aku mulai melakukan body scanning. Mungkin agak terlambat, karena sebaiknya dilakukan pada pagi hari, tetapi aku baru bisa melakukan dengan benar-benar di malam ini setelah kedua bocah terlelap selepas Isya. Dari pagi nyobain , tapi nggak bisa tuntas karena keburu kejar-kejaran sama tugas ini itu. Beberapa hari ini, dua jagoanku demam bapil barengan. Semua maunya sama emaknya. Kerjaan juga banyak yang sudah di ambang pintu deadline . Sehingga, kondisi badan dan pikiran rasanya seperti gado-gado, tumpah ruah jadi satu dalam piring. Tinggal tambah kerupuk biar makin eneg. Eh, enak. 😅 Saat melakukan body scanning sambil mendengarkan audio tadi, air mataku jatuh tanpa kusadari ketika cahaya

Kadarnya Menurun, Alhamdulillah

Hari 2 Body Scanning & P3K Kesadaran (Box Breathing) Hari kedua melakukan body scanning , entah kenapa sejak pagi nggak bisa fokus. Tadi pagi baru setengah sesi, si bayik udah bangun. Dia yang lagi dalam fase separation anxiety , begitu membuka mata langsung nangis kejer karena nggak lihat emaknya di sebelahnya. Auto nggendong dan malah jadi lanjut tugas negara pagi. Pada percobaan tadi pagi, sempat kurasakan hal yang sama dengan body scanning di hari pertama, tetapi rasa sesaknya sudah nggak seberat kemarin. Percobaan kedua, kulakukan lagi di malam hari setelah anak-anak lelap ba'da Isya. Kali ini masih belum bisa fokus juga. Namun, efek yang kurasakan sudah lebih jelas. Besok, semoga bisa lebih fokus lagi. "Tak apa, Bun, yuk dilatih terus. Kamu pasti bisa!" 💪🏻 Untuk box breathing , di hari kedua ini aku merasakan efek yang luar biasa. Sedari pagi sudah ada aja masalah yang muncul—Mamas yang drama nggak mau sekolah; pesanan katering untuk acara di sekolah terlam

Persepsi Suami

Tantangan Hari ke-7 Suami adalah support system terbaikku. Meski kadang pemikiran kami nggak sejalan, dia tetap selalu ada untukku.  Dia tak pernah mengatakan apa pun tentangku, jika ditanya pun jawabannya selalu absurd. Tapi, kadang dia mengutarakan apa yang dia mau tentangku dengan cara unik. Sekali, dua kali, beberapa kali. Ada beberapa yang pernah "melukaiku", walaupun secara sadar aku tahu itu benar adanya. Namun, dari kesabarannya aku belajar, ada banyak hal yang harus kuubah tentang diriku sendiri. Dari sikap, sifat, emosi, dan lainnya. "Teruslah semangat, Bun!  Terima kasih, Apak, berkatmu juga aku bisa perlahan belajar mengelola emosi, meski kadang masih di luar kendali. Terima kasih sudah sabar mengajari, mendukung, dan menemani." 12062024 Ibun Domi Dave