Langsung ke konten utama

Tentang Menulis

 

Aku suka menulis sejak kecil. Namun, hanya tulisan receh yang berupa diary atau cerita halu tentang diri sendiri. Kebiasaan itu lambat laun berhenti karena kesibukanku.

Aku mulai menulis lagi sejak Anaqu lahir lima tahun yang lalu. Kebanyakan hanya seputar perasaan sebagai orang tua ABK, berbagi pengalaman tentang apa yang dialami anak, dan sharing craft. Meskipun saat itu, tulisanku belum tersentuh ilmu tentang penulisan. Namun, aku bersyukur karena banyak yang menyukai dan mendukung untuk menulis lebih baik.

Berkat dukungan itu, aku bertekad untuk bisa menulis lebih baik lagi. Beberapa kelas dan komunitas penulisan aku ikuti. Dari yang gratis hingga berbayar. Awalnya banyak yang mencibir, buat apa susah-susah lagi seperti itu.

Aku tidak peduli. Yang utama bagiku, suami dan keluargaku mendukung penuh apa yang kuinginkan. Mereka menyemangati saat aku meminta restu mereka.

Benar, hasil tidak akan mengkhianati usaha. Di tahun 2020 kemarin, aku berhasil menerbitkan buku 15 antologi bersama (beberapa yang lain masih on proses juga) dan 3 novel online (yang saat ini masih on going). 

Lalu, ada yang bertanya, aku dapat apa? Rasa bahagia dan bangga kepada diri sendiri, jelas yang utama. Kenapa? Karena akhirnya aku mampu menaklukkan diriku sendiri untuk menuangkan segala imajinasi dalam tulisan. Tentunya tidak lepas dari niat berbagi ilmu dan kebaikan kepada orang lain.

Yang kedua, teman dan ilmu. Jelas. Itu juga sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai. Yang ketiga, kepuasan, saat orang lain merasa suka pada tulisan kita. Lalu, jika ada kritik dan saran, aku akan menerimanya dengan terbuka. Justru itulah yang akan membuatku lebih baik lagi salam menulis. Yang keempat, pengalaman berharga. Aku jadi tahu rasanya menulis dikejar deadline, menulis atas usulan dan bagaimana menyenangkan hati pembaca, belajar jadi penanggung jawab event menulis antologi, dan menjadi seorang kurator (meski masih jauh dari sempurna).

Yang terakhir, nggak bisa dimungkiri, aku mendapat pundi-pundi. Jangan tanya berapa, karena bagiku itu adalah bonus, jadi berapa pun, ya, disyukuri. Alhamdulillah.

Rasa syukur yang tak terhingga atas pencapaian yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Walaupun pekerjaan ini tidak pernah terkait sama sekali dengan latar belakang pendidikanku, bukan berarti ilmunya tidak berguna sama sekali. Aku hanya selalu ingat pesan seorang mentor, bahwa jika kita belum bisa bekerja sesuai di lingkup yang kita inginkan, maka, cintailah apa yang bisa kita lakukan sekarang. Percayalah, tangan Tuhan tidak akan diam jika hamba-Nya mau berusaha.

Bismillah. Saat ini, aku sedang on going novel yang rencananya mau dibuat novel cetak. Sebuah cerita yang banyak banget ditunggu beberapa pembaca setiaku. Semoga dimudahkan.

Terima kasih yang selalu setia mendukung dalam doa dan semangat, serta kalian yang setia menunggu ceritaku. Tanpa kalian semua, tidak ada yang bernama Aurumi Azzati yang kini banyak dikenal orang.

Love you, guys. ❤😘🥰

Oh, ya, aku dan seorang teman penulis, saat ini membentuk sebuah wadah menulis bernama Kawan Menulis berbasis di Jogja.

Bukan sebuah komunitas besar, tetapi hanya wadah bagi siapa yang ingin belajar menulis. Kita bisa sharing tipis-tipis tentang apa dan bagaimana menulis yang baik. Kita juga mengadakan event menulis.

Wah, pengen gabung tapi nggak ngerti nulis.

Duh, pengen, sih, tapi takut waktunya nggak cukup.

Wow, pengen ikutan, tapi apa ada yang suka tulisanku?

Yes, banyak sekali pertanyaan dan pernyataan seperti itu ketika kami mengajak beberapa teman untuk bergabung.

Tenang aja, ini wadah untuk kita saling berbagi, bukan event kompetisi yang penuh dengan deadline yang menakutkan. Kita santai tapi serius. Bahkan, bagi pemula sekali pun, boleh gabung, kok. Percayalah, semua tulisan itu ada penikmatnya sendiri, jadi jangan pernah takut mencoba.


Yuk, gabung!

Bisa DM IG @kawanulis, colek Kakak Cantik @luluufi, colek Kak @aurumiazzati, atau colek aku. Jangan lupa di follow juga, ya.

Matur thank you.

Salam Literasi!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Body Scanning dan P3K Kesadaran

 TANTANGAN 14 HARI BUNDA SAYANG #9 Zona 1 - SELF AWARENESS Akhirnya, kelas Bunda Sayang dimulai. Setelah mengikuti welcome party , piknik pantai, dan menyimak pemaparan materi, kini saatnya mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari.  Hari 1 Body Scanning & P3K Kesadaran (Box Breathing) Hari ini, aku mulai melakukan body scanning. Mungkin agak terlambat, karena sebaiknya dilakukan pada pagi hari, tetapi aku baru bisa melakukan dengan benar-benar di malam ini setelah kedua bocah terlelap selepas Isya. Dari pagi nyobain , tapi nggak bisa tuntas karena keburu kejar-kejaran sama tugas ini itu. Beberapa hari ini, dua jagoanku demam bapil barengan. Semua maunya sama emaknya. Kerjaan juga banyak yang sudah di ambang pintu deadline . Sehingga, kondisi badan dan pikiran rasanya seperti gado-gado, tumpah ruah jadi satu dalam piring. Tinggal tambah kerupuk biar makin eneg. Eh, enak. 😅 Saat melakukan body scanning sambil mendengarkan audio tadi, air mataku jatuh tanpa kusadari ketika cahaya

Kadarnya Menurun, Alhamdulillah

Hari 2 Body Scanning & P3K Kesadaran (Box Breathing) Hari kedua melakukan body scanning , entah kenapa sejak pagi nggak bisa fokus. Tadi pagi baru setengah sesi, si bayik udah bangun. Dia yang lagi dalam fase separation anxiety , begitu membuka mata langsung nangis kejer karena nggak lihat emaknya di sebelahnya. Auto nggendong dan malah jadi lanjut tugas negara pagi. Pada percobaan tadi pagi, sempat kurasakan hal yang sama dengan body scanning di hari pertama, tetapi rasa sesaknya sudah nggak seberat kemarin. Percobaan kedua, kulakukan lagi di malam hari setelah anak-anak lelap ba'da Isya. Kali ini masih belum bisa fokus juga. Namun, efek yang kurasakan sudah lebih jelas. Besok, semoga bisa lebih fokus lagi. "Tak apa, Bun, yuk dilatih terus. Kamu pasti bisa!" 💪🏻 Untuk box breathing , di hari kedua ini aku merasakan efek yang luar biasa. Sedari pagi sudah ada aja masalah yang muncul—Mamas yang drama nggak mau sekolah; pesanan katering untuk acara di sekolah terlam

Persepsi Suami

Tantangan Hari ke-7 Suami adalah support system terbaikku. Meski kadang pemikiran kami nggak sejalan, dia tetap selalu ada untukku.  Dia tak pernah mengatakan apa pun tentangku, jika ditanya pun jawabannya selalu absurd. Tapi, kadang dia mengutarakan apa yang dia mau tentangku dengan cara unik. Sekali, dua kali, beberapa kali. Ada beberapa yang pernah "melukaiku", walaupun secara sadar aku tahu itu benar adanya. Namun, dari kesabarannya aku belajar, ada banyak hal yang harus kuubah tentang diriku sendiri. Dari sikap, sifat, emosi, dan lainnya. "Teruslah semangat, Bun!  Terima kasih, Apak, berkatmu juga aku bisa perlahan belajar mengelola emosi, meski kadang masih di luar kendali. Terima kasih sudah sabar mengajari, mendukung, dan menemani." 12062024 Ibun Domi Dave