Langsung ke konten utama

Hello 2021!


Tahun 2020,
Satu tahun penuh cerita yang mengajarkan lagi padaku tentang apa arti sebuah kesabaran, keikhlasan, dan perjuangan dalam hidup. Diawali dengan adanya pandemi covid-19, yang memaksa aku dan suami mengubah semua rencana yang sudah kami susun, terutama untuk Anaqu.

Sebagai orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, situasi dan kondisi pandemi ini benar-benar membuat kami lebih ekstra dari sebelumnya. Padahal, kami baru saja merasa siap membawanya ke tempat yang lebih luas, dalam artian berani mengajak bepergian jauh dengannya. Namun, tiba-tiba semua kegiatan harus dilakukan dari rumah.

Belajar lagi.
Kami harus beradaptasi kembali, begitu pun Anaqu. Jika biasanya kami hanya menemani bermain dan memberi stimulasi sebatas mengulang tugas dari terapis, tetapi sejak ditetapkan pembatasan kegiatan di luar rumah, kami harus belajar menjadi terapis mandiri bagi Anaqu. Hal ini karena kami takut membawanya berangkat terapi, mengingat rumah sakit yang biasa kami kunjungi menjadi tempat rujukan pasien covid-19. Padahal, rumah sakit itu adalah satu-satunya yang memiliki klinik rehabilitasi medik yang memiliki dokter spesialis rehabilitasi medik dan lengkap jenis terapinya. Di sinilah kesabaran kami mulai diuji.

Bocah kecil itu sedang masuk pada fase tertarik dengan dunia luar. Lalu, mendadak harus terkurung setiap hari membuatnya sangat bosan dan stress. Emosi anak kami menjadi lebih tidak terkontrol. Dia cepat tantrum dan hiperaktifnya lebih sulit dikendalikan. Tidak hanya itu, anak kami juga menjadi takut bertemu orang lain apalagi yang sama sekali belum pernah dikenalnya.

Rasanya seperti mengulang lagi dari awal. Step by step kembali kami ajarkan padanya. Hingga, setelah beberapa bulan, dia mulai terbiasa dan mulai berprogres lagi tumbuh kembangnya. Namun, ternyata kejutan lain datang dan menghadirkan lagi rasa kecewa dalam hati kami.

Anaqu anfal lagi. Kejang tiba-tiba muncul setelah perjuangan dua tahun lamanya. Sebenarnya, sih, sudah lima tahun berjuang melawan kejang, atau sering kami sebut Mr.K. Ya, lima tahun, sama seperti usianya sekarang. Akan tetapi, perhitungan bebas kejang sejak kambuh terakhir adalah tepat dua tahun di bulan yang sama.

Pengobatan oral Anaqu sebagai penyintas epilepsi harus mengulang dari awal lagi. Obat yang sejatinya turun dosis, malah naik dosis. Inilah keikhlasan dan perjuangan baru yang harus kami jalani hingga dua tahun ke depan.

Sedih, sedikit.
Down, tidak.
Putus asa, apalagi. Jauh-jauh deh.
Berdamai dengan keadaan, tentu.
Harapan, selalu ada.
Doa, tidak pernah putus.

Hari ini, tahun baru dimulai. Perjuangan panjang juga akan dimulai lagi. Beradaptasi kembali dengan jadwal kontrol dengan jarak tempuh minimal 1 jam perjalanan, karena harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar di kota, untuk pemeriksaan ulang.
Wates-Jogja akan menjadi bagian cerita baru dengan pengharapan yang masih sama.

 Hello 2021!
We are ready to go.
We are ready to start our journey.
We are ready to make an amazing story.

Bismillah. Aamiin.

- Aurumi Azzati -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Body Scanning dan P3K Kesadaran

 TANTANGAN 14 HARI BUNDA SAYANG #9 Zona 1 - SELF AWARENESS Akhirnya, kelas Bunda Sayang dimulai. Setelah mengikuti welcome party , piknik pantai, dan menyimak pemaparan materi, kini saatnya mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari.  Hari 1 Body Scanning & P3K Kesadaran (Box Breathing) Hari ini, aku mulai melakukan body scanning. Mungkin agak terlambat, karena sebaiknya dilakukan pada pagi hari, tetapi aku baru bisa melakukan dengan benar-benar di malam ini setelah kedua bocah terlelap selepas Isya. Dari pagi nyobain , tapi nggak bisa tuntas karena keburu kejar-kejaran sama tugas ini itu. Beberapa hari ini, dua jagoanku demam bapil barengan. Semua maunya sama emaknya. Kerjaan juga banyak yang sudah di ambang pintu deadline . Sehingga, kondisi badan dan pikiran rasanya seperti gado-gado, tumpah ruah jadi satu dalam piring. Tinggal tambah kerupuk biar makin eneg. Eh, enak. 😅 Saat melakukan body scanning sambil mendengarkan audio tadi, air mataku jatuh tanpa kusadari ketika cahaya

Kadarnya Menurun, Alhamdulillah

Hari 2 Body Scanning & P3K Kesadaran (Box Breathing) Hari kedua melakukan body scanning , entah kenapa sejak pagi nggak bisa fokus. Tadi pagi baru setengah sesi, si bayik udah bangun. Dia yang lagi dalam fase separation anxiety , begitu membuka mata langsung nangis kejer karena nggak lihat emaknya di sebelahnya. Auto nggendong dan malah jadi lanjut tugas negara pagi. Pada percobaan tadi pagi, sempat kurasakan hal yang sama dengan body scanning di hari pertama, tetapi rasa sesaknya sudah nggak seberat kemarin. Percobaan kedua, kulakukan lagi di malam hari setelah anak-anak lelap ba'da Isya. Kali ini masih belum bisa fokus juga. Namun, efek yang kurasakan sudah lebih jelas. Besok, semoga bisa lebih fokus lagi. "Tak apa, Bun, yuk dilatih terus. Kamu pasti bisa!" 💪🏻 Untuk box breathing , di hari kedua ini aku merasakan efek yang luar biasa. Sedari pagi sudah ada aja masalah yang muncul—Mamas yang drama nggak mau sekolah; pesanan katering untuk acara di sekolah terlam

Persepsi Suami

Tantangan Hari ke-7 Suami adalah support system terbaikku. Meski kadang pemikiran kami nggak sejalan, dia tetap selalu ada untukku.  Dia tak pernah mengatakan apa pun tentangku, jika ditanya pun jawabannya selalu absurd. Tapi, kadang dia mengutarakan apa yang dia mau tentangku dengan cara unik. Sekali, dua kali, beberapa kali. Ada beberapa yang pernah "melukaiku", walaupun secara sadar aku tahu itu benar adanya. Namun, dari kesabarannya aku belajar, ada banyak hal yang harus kuubah tentang diriku sendiri. Dari sikap, sifat, emosi, dan lainnya. "Teruslah semangat, Bun!  Terima kasih, Apak, berkatmu juga aku bisa perlahan belajar mengelola emosi, meski kadang masih di luar kendali. Terima kasih sudah sabar mengajari, mendukung, dan menemani." 12062024 Ibun Domi Dave