Tahun 2020,
Satu tahun penuh cerita yang mengajarkan lagi padaku tentang apa arti sebuah kesabaran, keikhlasan, dan perjuangan dalam hidup. Diawali dengan adanya pandemi covid-19, yang memaksa aku dan suami mengubah semua rencana yang sudah kami susun, terutama untuk Anaqu.
Sebagai orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, situasi dan kondisi pandemi ini benar-benar membuat kami lebih ekstra dari sebelumnya. Padahal, kami baru saja merasa siap membawanya ke tempat yang lebih luas, dalam artian berani mengajak bepergian jauh dengannya. Namun, tiba-tiba semua kegiatan harus dilakukan dari rumah.
Belajar lagi.
Kami harus beradaptasi kembali, begitu pun Anaqu. Jika biasanya kami hanya menemani bermain dan memberi stimulasi sebatas mengulang tugas dari terapis, tetapi sejak ditetapkan pembatasan kegiatan di luar rumah, kami harus belajar menjadi terapis mandiri bagi Anaqu. Hal ini karena kami takut membawanya berangkat terapi, mengingat rumah sakit yang biasa kami kunjungi menjadi tempat rujukan pasien covid-19. Padahal, rumah sakit itu adalah satu-satunya yang memiliki klinik rehabilitasi medik yang memiliki dokter spesialis rehabilitasi medik dan lengkap jenis terapinya. Di sinilah kesabaran kami mulai diuji.
Bocah kecil itu sedang masuk pada fase tertarik dengan dunia luar. Lalu, mendadak harus terkurung setiap hari membuatnya sangat bosan dan stress. Emosi anak kami menjadi lebih tidak terkontrol. Dia cepat tantrum dan hiperaktifnya lebih sulit dikendalikan. Tidak hanya itu, anak kami juga menjadi takut bertemu orang lain apalagi yang sama sekali belum pernah dikenalnya.
Rasanya seperti mengulang lagi dari awal. Step by step kembali kami ajarkan padanya. Hingga, setelah beberapa bulan, dia mulai terbiasa dan mulai berprogres lagi tumbuh kembangnya. Namun, ternyata kejutan lain datang dan menghadirkan lagi rasa kecewa dalam hati kami.
Anaqu anfal lagi. Kejang tiba-tiba muncul setelah perjuangan dua tahun lamanya. Sebenarnya, sih, sudah lima tahun berjuang melawan kejang, atau sering kami sebut Mr.K. Ya, lima tahun, sama seperti usianya sekarang. Akan tetapi, perhitungan bebas kejang sejak kambuh terakhir adalah tepat dua tahun di bulan yang sama.
Pengobatan oral Anaqu sebagai penyintas epilepsi harus mengulang dari awal lagi. Obat yang sejatinya turun dosis, malah naik dosis. Inilah keikhlasan dan perjuangan baru yang harus kami jalani hingga dua tahun ke depan.
Sedih, sedikit.
Down, tidak.
Putus asa, apalagi. Jauh-jauh deh.
Berdamai dengan keadaan, tentu.
Harapan, selalu ada.
Doa, tidak pernah putus.
Hari ini, tahun baru dimulai. Perjuangan panjang juga akan dimulai lagi. Beradaptasi kembali dengan jadwal kontrol dengan jarak tempuh minimal 1 jam perjalanan, karena harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar di kota, untuk pemeriksaan ulang.
Wates-Jogja akan menjadi bagian cerita baru dengan pengharapan yang masih sama.
We are ready to go.
We are ready to start our journey.
We are ready to make an amazing story.
Bismillah. Aamiin.
- Aurumi Azzati -
Komentar
Posting Komentar