Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Pertolongan Pertama pada Epilepsi

Guys, pernah nggak, sih, kalian menjumpai seorang penyintas epilepsi sedang kambuh? Entah di rumah, di sekolah, di jalan, atau di mana saja. Memang, bagi penyintas epilepsi, kambuh kejang adalah sebuah momok tersendiri. Tidak hanya bagi si penyintas, orang lain yang menjumpai hal ini pun kadang jadi ikut panik. Kepanikan inilah yang sering membuat seseorang salah menangani kejadian tersebut. Sama, Ibun Domi pun pernah mengalaminya. Panik, bingung, salah penanganan, dan lainnya ketika awal-awal Anaqu kejang dulu. Namun, seiring berjalannya waktu, Ibun Domi semakin paham bagaimana memanajemen diri saat Anaqu anfal. Berikut, Ibun Domi mau share tentang pertolongan pertama pada epilepsi berdasarkan pengalaman dan hasil belajar dari seminar. Apa yang harus dilakukan jika melihat seseorang mengalami kejang? 1. miringkan orang tersebut ke salah satu sisi dalam posisi setengah telungkup untuk membantu pernapasan, beri ruang, dan jangan dikerumuni, 2. tidak perlu memasukkan sendok k

NICU story (Part1)

Nemu foto lama lagi. Anaqu, ini ruangan yg menjadi saksi perjuangan hidup dan matimu. Kamu lahir lewat bulan, dengan riwayat apnea dan sianosis. Apgarmu hanya 6. Malam itu, di umurmu yang baru 18jam, kamu kejang hingga kritis, dan harapan hidupmu hanya 30%. Kamu sendirian, tanpa Ibun, tanpa Apak di sampingmu. Dokter, bidan, perawat penjagamu berusaha keras mempertahankanmu. Kamu berhasil melewatinya setelah 1 jam mereka berpeluh dan bekerja semaksimal mungkin. Hari kedua, sore, pertama kalinya Ibun melihatmu sejak kamu masuk ruangan itu. Remuk sudah hati Ibun, kamu yg terdiam lemah dipenuhi kabel dan selang. Hanya garis-garis di monitor itu yg bisa menunjukkan pada kami bagaimana perkembanganmu. Semua demi keberlangsungan hidupmu, Anaqu. Tak tersadar airmata Ibun membanjiri pipi. Ibun nggak kuat, Nak. Ibun memilih keluar ruangan sebelum akhirnya Ibun pingsan setelah mendengar penjelasan dokter tentang keadaanmu. Malam harinya, Ibun kuatkan hati menjengukmu lagi. Ibun berbis

Rasanya Jadi Orang Tua Istimewa

Pernah ada yang bertanya, "Bun, apa yg Ibun rasakan saat pertama kali tahu anak terdiagnosis kelainan?" Kemudian ditimpali, "Aku nggak akan bisa sekuat kamu, Bun." . . Rasanya, ya? Seperti mati rasa. Iya, itu yang saya rasakan pertama kali. Anaqu keluar dari rahim saya dengan keadaan sudah hampir tak bernyawa. Kemudian disusul dengan kejadian-kejadian lain, seperti kejang dan kritis, juga anfal di kemudian hari. Ketika itu, rasanya dada saya kosong. Saya bernafas, tapi seakan-akan nggak ada udara yang terhirup. Bloooong. Melowong. Mau nangis, nggak bisa. Begitu nangis, dicerca kalimat 'jangan nangis!' dari berbagai pihak. Belum lagi asi yg seret. Di awal-awal memang baru keluar sedikit, tetapi makin lama makin berkurang. Mantap lah, semakin gak karuan. Pingsan. Iya, pernah. Saya pingsan setelah bisa menangis dg sepuasnya, mengeluarkan semua beban di depan seorang nakes. Namun, setelahnya ploooong.  Setelah Anaqu keluar dr NICU, saya pikir masalah