Setelah maju mundur untuk konsultasi dengan dokter anak, pada bulan Mei 2025 akhirnya aku dan suami memberanikan diri membahas sirkumsisi. Awalnya kami mau pakai jasa di klinik khusus khitan, tapi beliau menyampaikan bahwa risikonya terlalu tinggi. Anak-anak dengan riwayat epilepsi riskan kambuh saat berada dalam situasi kurang nyaman, apalagi Anaqu ada ADHD juga (dia hiperaktif impulsif). Jangankan mau tindakan, baru kontrol rutin yang notebene hanya setor muka, orang tuanya yang cuap-cuap bareng dokter aja Anaqu udah teriak minta pulang. Memang, trauma Anaqu masih begitu melekat. Dia takut melihat nakes atau orang yang berseragam putih-putih karena semasa balita dia sering banget opname, ditusuk jarum buat cek lab, pasang infus, dan terakhir malah injeksi obat penenang pas mau EEG. Makin takut dia. Dokter bilang, kasus seperti Anaqu mau tidak mau harus sirkumsisi melalui bedah dengan bius total. Kami pikir, prosesnya sama saja. Hanya beda pada penggunaan bius. Makanya ketika dokter a...